Analisis Penyusunan langkah-langkah perbaikan
Langkah-langkah perbaikan yang dilakukan pada sub bab 3.2.4 menggunakan metode 5W + 1H (What, Why, Who, Where, When dan How). Metode ini digunakan untuk memberikan gambaran lebih jelas dan lengkap tentang perbaikan suatu sistem kerja. Dalam praktikum kali ini metode ini diterapkan untuk kedua jenis proses yakni proses perakitan dan proses Inspeksi.
Pada pertanyaan pertama, What (apa yang perlu diperbaiki) terdapat 6 jenis pemborosan pada proses perakitan dan 4 jenis pemborosan pada proses inspeksi dengan jenis pemborosan berupa mengubah posisi benda berfrekuensi 8 kali terjadi pada proses perakitan dan tangan tidak kuat memegang dongkrak sebanyak 3 kali terjadi pada proses inspeksi. Kedua jenis pemborosan tersebut mendominasi terjadinya pemborosan. Kedua jenis pemborosan inilah yang menjadi prioritas untuk diperbaiki yang diikuti beberapa jenis pemborosan lainnya yaitu: (proses perakitan) Mengambil komponen yang diluar jangkauan (26.9%), Ada tangan yang menganggur/idle (19.2%), Mengarahkan fastener ke lubang (11.5%), Mencari letak komponen yang akan dirakit (7.7%), Penundaan pada subassembly yang telah dirakit (3.8%). (proses Inspeksi) Memosisikan benda (Handle rod) (16.7%), Tangan tidak melakukan gerakan apapun (16.7%), Mengambil handle rod yang diluar jangkauan (16.7%).
Berdasarkan hasil pengolahan data telah diketahui bahwah terdapat 6 jenis pemborosan untuk proses perakitan dan 4 jenis pemborosan untuk proses inspeksi. Langkah perbaikan selanjutnya menurut metode 5W+1H ialah why (mengapa perbaikan perlu dilakukan). Perbaikan dilakukan guna mengurangi jenis pemborosan. Dengan mengurangi jenis pemborosan diharapkan perusahaan dapat mengoptimalkan profit, mereduksi jenis pemborosan yang terjadi juga dapat menguntungkan pekerja karena dengan menerapkan prinsip ekonomi gerakan dan study gerak therblig akan didapatkan metode kerja yang baik dan optimal untuk pekerja sehingga dengan tenaga yang minimal bisa menghasilkan hasil yang maksimal.
Pertanyaan selanjutnya untuk penyusunan langkah-langkah perbaikan menggunakan metode 5W+1H ialah Who (Siapa yang melakukan perbaikan) didalam pengolahan data dijelaskan bahwa orang yang melakukan perbaikan ialah pekerja yang berada dalam lantai produksi karena sistem yang ditinjau dalam praktikum kali ini ialah perancangan dongkrak dimana terdapat komponen sistem yang mengerjakan dan yang dikerjakan yaitu manusia dan dongkrak. Perbaikan dapat dilakukan oleh manusia sebagai subjek dari sistem tersebut. Dari luar sistem dapat dilakkukan perbaikan yakni mengenai kondisi lingkungan kerja meliputi suhu ruangan, kelembaban udara, kebisingan dll untuk hal tersebut perbaikan dapat dilakukan oleh desainer tata ruang kerja.
Dimana perbaikan perlu dilakukan (Where), merupakan pertanyaan lanjutan dari metode penyusunan langkah-langkah perbaikan menggunakan metode 5W+1H. Dalam praktkum kali ini perbaikan dapat dilakukan pada lantai produksi terdiri dari gerakan tubuh pekerja dan tata letak kerja. Berikut detail dimana perbaikan perlu dilakukan :
a. Mengambil komponen yang diluar jangkauan (perbaikan dilakukan pada tata letak meja kerja)
b. Mengubah posisi benda (perbaikan dilakukan pada gerakan tubuh pekerja dan metode kerja yang dilakukan)
c. Ada tangan yang menganggur/idle (perbaikan dilakukan pada gerakan tubuh pekerja dan metode kerja yang dilakukan)
d. Mengarahkan fastener ke lubang (perbaikan dilakukan pada gerakan tubuh pekerja
e. Mencari letak komponen yang akan dirakit (perbaikan dilakukan pada tata letak meja kerja)
f. Penundaan pada subassembly yang telah dirakit (perbaikan dilakukan pada gerakan tubuh pekerja dan metode kerja yang dilakukan )
Dan pada proses inspeksi :
a. Tangan tidak kuat memegang dongkrak (perbaikan dilakukan pada gerakan tubuh pekerja dan metode kerja yang dilakukan)
b. Memosisikan benda (Handle rod) (perbaikan dilakukan pada gerakan tubuh pekerja dan metode kerja yang dilakukan)
c. Tangan tidak melakukan gerakan apapun (perbaikan dilakukan pada gerakan tubuh pekerja dan metode kerja yang dilakukan)
d. Mengambil handle rod yang diluar jangkauan (perbaikan dilakukan pada gerakan tubuh pekerja dan metode kerja yang dilakukan)
Kapan perbaikan dapat dilakukan (When). Langkah eksekusi (aksi) untuk melakukan perbaikan dilakukan segera setelah akar masalah telah dianalisis dan diterjemahkan dalam langkah-langkah metode kerja. Langkah metode kerja dapat berupa peta kerja setempat berupa Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan (PTKTK). PTKT revisi ini dijadikan standar setelah dihilangkan pemborosan-pemborosan yang terjadi.
Perbaikan dalam langkah-langkah yang lebih spesifik sudah dapat dilakukan setelah menjawab pertanyaan tersebut. Dan pada akhirnya lima pertanyaan tersebut merujuk pada satu pertanyaan akhir sebagai representasi dari perbaikan yang akan dilakukan. Pertanyaan tersebut ialah How (bagaimana melakukan perbaikan tersebut) berikut langkah-langkah perbaikan yang dapat dilakukan pada proses perakitan dongkrak:
a. Mengambil komponen yang diluar jangkauan (perbaikan dilakukan pada tata letak meja kerja) dengan meletakkan komponen-komponen yang akan dirakit dekat dengan/dalam jangkauan tangan pekerja.
b. Mengubah posisi benda (perbaikan dilakukan pada gerakan tubuh pekerja dan metode kerja yang dilakukan) dengan membuat urutan pengerjaan standar dalam pengerjaan perakitan. Urutan pengerjaan ini disetai dengan kondisi/posisi komponen (telungkup ke bawah atau terbuka keatas) hingga pasa saat perakitan pekerja tidak perlu lagi mengubah posisi benda.
c. Ada tangan yang menganggur/idle (perbaikan dilakukan pada gerakan tubuh pekerja dan metode kerja yang dilakukan) dengan membuat urutan pengerjaan standar dalam pengerjaan perakitan. Urutan pengerjaan ini disetai dengan kondisi/posisi komponen (telungkup ke bawah atau terbuka keatas) hingga pasa saat perakitan pekerja tidak perlu lagi mengubah posisi benda. Adanya tangan yang menganggu dapat dideteksi menggunakan peta tangan kiri dan tangan kanan dimana peta tersebut dapat dijadikan acuan untuk membuat urutan pengerjaan standar.
d. Mengarahkan fastener ke lubang (perbaikan dilakukan pada gerakan tubuh pekerja dan metode kerja) pemborosan pada poin ini seperti halnya pada pemberosan pada poin sebelumnya. Yakni dapat dihindari dengan membuat urutan pengerjaan standar dalam pengerjaan perakitan. Urutan pengerjaan ini disertai dengan kondisi/posisi komponen (telungkup ke bawah atau terbuka keatas) hingga pasa saat perakitan pekerja tidak perlu lagi mengubah posisi benda.
e. Mencari letak komponen yang akan dirakit (perbaikan dilakukan pada tata letak meja kerja) yaitu dengan menempatkan komponen pada posisi yang pasti sesuai dengan urutan pengerjaan standar.
f. Penundaan pada subassembly yang telah dirakit (perbaikan dilakukan pada gerakan tubuh pekerja dan metode kerja yang dilakukan )
Langkah-langkah perbaikan yang dapat dilakukan pada proses inspeksi:
a. Tangan tidak kuat memegang dongkrak (perbaikan dilakukan pada tata letak meja kerja) posisi tangan sesuai dengan benda hingga beban yang akan dibebankan pada tangan sesuai dengan kapasitasnya.
b. Memosisikan benda/Handle Rod (perbaikan dilakukan pada gerakan tubuh pekerja dan metode kerja yang dilakukan) posisi tangan harus sesuai dengan benda hingga beban yang akan dibebankan pada tangan sesuai dengan kapasitasnya.
c. Ada tangan yang menganggur/idle (perbaikan dilakukan pada gerakan tubuh pekerja dan metode kerja yang dilakukan) dengan membuat urutan pengerjaan standar dalam pengerjaan perakitan. Urutan pengerjaan ini disetai dengan kondisi/posisi komponen (telungkup ke bawah atau terbuka keatas) hingga pasa saat perakitan pekerja tidak perlu lagi mengubah posisi benda. Adanya tangan yang menganggu dapat dideteksi menggunakan peta tangan kiri dan tangan kanan dimana peta tersebut dapat dijadikan acuan untuk membuat urutan pengerjaan standar.
d. Mengambil handle rod yang diluar jangkauan (perbaikan dilakukan pada tata letak meja kerja) dengan meletakkan komponen-komponen yang akan dirakit dekat dengan/dalam jangkauan tangan pekerja.